Oleh Budi H. Wibowo
Tidak sedikit orang pandai yang pintar bicara tetapi juga tidaklah sedikit orang yang kurang pandaipun dapat berkomunikasi dengan baik. “Hari gini ngomong doang! Dah lewat lagi…”, mungkin itu ungkapan gaul yang bakal terlontar bila mendengar orang yang bisanya hanya mengobral omongan saja atau sering kita sebut No Action Talk Only alias NATO. Apalagi saat ini memasuki masa-masa Pemilihan Umum (pemilu) sudah dapat dipastikan akan banyak orang seperti itu.
Sebetulnya bisa tidak atau ada tidak cara yang pas (efisien) untuk berkomunikasi dengan orang lain apalagi dengan orang dalam jumlah banyak? Pertanyaan ini pantas disampaikan apabila mencermati kondisi riil seperti di atas mengingat banyak orang dengan jenis NATO tadi. Tetapi yang pasti jawaban dari pertanyaan tersebut seperti dideskripsikan Navinot.com dapat terjawab melalui elevator pitch.
Mengutip Navinot.com yang dimaksud dengan elevator pitch (EP) adalah penjelasan singkat tentang suatu produk atau layanan. Istilah EP seringkali digunakan dalam dunia bisnis, terutama untuk memberi penjelasan dalam bentuk presentasi oleh para penyaji atau sebutan kerennya (mengutip Navinot.com) para entreprenuer. Merujuk pada arti elevator pitch tersebut maka dapat disamakan atau setara dengan istilah yang juga sering kita dengar yaitu orator.
Orator berarti orang yang melakukan orasi/ceramah/presentasi yang bertujuan untuk meyakinkan orang lain. Istilah lain untuk orator adalah public speaker. Biasanya seorang orator dituntut harus mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas agar ia (red. orator) benar-benar dapat meyakinkan orang yang menjadi lawan bicaranya (obyek orasinya).
Keberadaan orator dapat dengan mudah kita jumpai ketika ada sebuah unjuk rasa atau demonstrasi. Selain itu, orator juga dapat kita temukan pada forum-forum ilmiah seperti seminar, sarasehan, lokakarya, dan sebagainya khususnya bila ada sesi orasi ilmiah. Secara umum dapat kita ketahui persamaan dan perbedaan antara EP dan orator, sebagai berikut.
Persamaan:
- Pada umumnya jumlah obyek atau lawan bicaranya banyak atau melibatkan banyak orang;
- Bertujuan untuk meyakinkan orang lain atau lawan bicaranya agar percaya dan yakin atas apa yang disampaikan;
- Membutuhkan pengetahuan dan wawasan yang luas (semakin luas jangkauan pengetahuan dan wawasan semakin memberi keyakinan tersendiri) untuk mempengaruhi orang lain atau lawan bicaranya;
- Media yang digunakan dapat berupa audio, visual, showcase, dan sebagainya.
- Menggunakan dinamic pitch level (suara yang dinamis) –naik turun disesuaikan dengan suasana dan kondisi obyek atau lawan bicaranya–.
Perbedaan:
- Isi dari pesan EP singkat dan padat, isi dari pesan orator panjang dan lebar;
- Bahasa yang dipakai EP lebih umum dan mudah dipahami, bahasa orator biasanya ilmiah dan mendaki tidak mudah dipahami;
- Metode penyampaian EP lebih interaktir (dua arah), metode penyampaian orator satu arah.
Dari persamaan dan perbedaan tersebut dapat dilihat bahwa antara EP dan orator di satu sisi memiliki persamaan yang segaris tetapi di lain sisi terdapat perbedaan yang cukup signifikan sehingga tentunya mempengaruhi ouput dan kualitas dari pesan yang diterima.
Berdasarkan uraian di atas dan kelebihan dan kelemahan EP dan orator maka sudah sepantasnya memilih EP sebagai metode dalam meyakinkan orang lain. Metode ini akan lebih tepat lagi bila dipakai oleh para politikus yang berkampanye menyampaikan program-program kerja mereka. Walhasil, kenapa tidak cara berkomunikasi para politisi calon penghuni senayan dan juga calon presiden/wapres menggunakan metode ini.